FARMAKOLOGI OBAT
Obat merupakan suatu zat yang berguna
untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati serta mencegah penyakit pada makhluk hidup,
baik itu manusia maupun hewan (Ansel, 1985).
Sebelum tiba pada tempat tujuan, obat mengalami banyak proses. Proses yang
biasanya terjadi saat
obat masuk kedalam tubuh guna menimbulkan efek, yaitu proses absorpsi,
distribusi, seta
pengikatan. Kerja suatu obat merupakan hasil dari berbagai proses yang telah
dilewati oleh obat dan
secara umum, proses ini didasari oleh suatu rangkaian reaksi yang dibagi dalam
tiga fase. Fase tersebut
merupakan fase farmasetik, fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik.
1.
Fase Farmasetik
Fase
farmasetik meliputi beberapa proses, yaitu proses fabrikasi, pengaturan dosis, formulasi, bentuk sediaan, pemecahan bentuk sediaan,
dan terlarutnya obat aktif. Karena fase ini
terdiri dari beberapa proses utama, oleh sebab itu fase ini utamanya ditentukan
oleh sifat-sifat galenik obat.
2.
Fase Farmakokinetik
Fase
farmakokinetik memiliki peran dalam menentukan ketersediaan obat dalam plasma (ketersediaan hayati) sehingga dapat menimbulkan suatu
efek. Proses farmakokinetik ini melewati
berbagai tempat pemberian obat, seperti melalui alat cerna atau diminum (peroral), otot-otot rangka (intramuskuler), kulit
(topikal), paru-paru (inhalasi), molekul
obat
masuk ke dalam cairan intra vaskuler setelah melalui beberapa dinding (barrier)
dan disebarkan ke seluruh tubuh serta
mengalami beberapa proses (Nita dan Vitri, 2017). Proses ini dimulai dengan masuknya molekul obat masuk
ke dalam cairan intravaskuler setelah
melewati beberapa dinding (penghalang) lalu menyebar ke seluruh tubuh dan mengalami banyak proses. Biasanya, obat baru
dikeluarkan dari tubuh setelah biotransformasi
di hati. Terdapat beberapa tempat pengeluaran obat, yaitu melalui ginjal dan melalui kulit. Untuk ginjal, nantinya obat akan
dikeluarkan bersamaan. Adapun 4
(empat)
proses farmakokinetik, yaitu yang pertama proses absorpsi, yang kedua proses distribusi, yang ketiga proses metabolisme, dan yang
terakhir proses ekskresi. Metabolisme atau
biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif sebagai proses
eliminasi obat
(Gunawan, 2009).
a. Absorpsi
Absorpsi merupakan suatu proses terjadinya perpindahan obat
dari tempat pemberian menuju ke
peredaran darah yang selanjutnya mencapai target aksi obat. Sebelum terjadi proses absorpsi, harus dapat melewati dinding sel
terlebih dahulu, baru kemudian dapat diedarkan ke
seluruh aliran darah. Adapun faktor yang mempengaruhi absorpsi obat yaitu kecepatan absorpsi, apabila pembatas antara obat
aktif dan sirkulasi sistemik hanya sedikit
sel, maka absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh. Faktor selanjutnya yang
mempengaruhi penyerapan obat yaitu, aliran
darah ke tempat absorpsi, total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi, waktu kontak permukaan absorpsi.
Kecepatan Absorpsi dapat diperlambat
oleh nyeri dan stress, nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster,
makanan tinggi lemak, makanan tinggi lemak
dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan memperlambat waktu absorpsi obat, faktor bentuk obat, absorpsi
dipengaruhi formulasi obat seperti tablet,
kapsul, cairan, sustained release, dan lain-lain, dan kombinasi dengan obat lain, interaksi satu obat dengan obat lain dapat
meningkatkan atau memperlambat absorpsi
tergantung
jenis obat. Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak
obat sebelum masuk ke sirkulasi.
Hal ini yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga menurunkan
jumlah obat yang sampai ke sirkulasi
sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus banyak
b. Distribusi
Setelah obat diabsorpsi kedalam aliran darah, dilanjutkan
dengan proses distribusi. Distribusi
obat mengacu pada proses pengiriman obat berdasarkan peredaran sistemik ke dalam jaringan dan cairan tubuh. Adapun beberapa
faktor yang menyebabkan terserapnya
distribusi obat, yaitu seperti struktur kapiler, struktur obat, pengikatan protein, aliran darah, serta permeabilitas kapiler.
Jantung, hati dan ginjal merupakan organ yang
ada di dalam tubuh dengan aliran terbanyak. Sedangkan pada saat yang sama, distribusi ke organ lain seperti otot, kulit,
dan lemak menjadi lebih lambat.
c.
Metabolisme
Proses ketiga adalah proses metabolisme. Proses ini merupakan
proses dimana tubuh manusia
mengubah komposisi obat menjadi lebih larut dalam air sehingga dapat
dikeluarkan
dari tubuh. Terdapat du acara metabolism obat, yaitu diubah menjadi metabolit inaktif dan metabolit aktif kemudian
diekskresikan menjadi metabolit aktif yang memiliki
efek farmakologis sendiri dan dapat dimetabolisme lebih lanjut. Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yaitu di
retikulum endoplasma (mikrosom) dan cytosol. Tujuan metabolisme obat adalah
mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi
inaktif, tapi sebagian dapat berubah
menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
d. Ekskresi
Proses terakhir yaitu proses eksresi. Pada proses ini obat
dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai
organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Ekskresi obat memiliki arti pembuangan
obat dari tubuh. Sebagian besar obat
dibuang dari tubuh melalui ginjal, paru-paru, keringat, ludah, payudara,
kulitdan traktusintestinal. Ginjal merupakan organ terpenting dalam sekresi obat,
hal tersebut dikarenakan di dalam ginjal
terdapat tiga proses eliminasi, yaitu proses filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus, dan reabsorpsi
pasif di sepanjang tubulus. Organ ke dua yang
memiliki peran penting untuk ekskresi obat selain ginjal adalah empedu. Melalui empedu akan dilanjutkan ke dalam usus lalu
akan dikeluarkan bersamaan dengan
keluarnya feses.
3.
Fase Farmakodinamik
Fase farmakodinamik merupakan fase terjadinya interaksi obat-reseptor dalam target aksi obat. Fase ini memiliki peran dalam penentuan besar kecilnya efek obat dalam tubuh Farmakodinamik menitikberatkan pada pembahasan tentang kajian efek fisiologis obat, reaksi biokimia obat dalam tubuh terhadap berbagai organ maupun sel tubuh manusia dan juga mekanisme kerja obat dalam tubuh manusia.
Pemberian obat pada hewan uji dapat dilakukan melalui beberapa rute, yaitu oral, intravena, subkutan, intramuscular, serta intraperitoneal. Untuk mencapai efek dari suatu obat terdapat faktor yang sangat penting yaitu rute pemberian. Rute oral merupakan rute obat yang diberikan melalui mulut. Obat yang diberikan melalui jalur oral biasanya memiliki efek sistemik. Rute intravena merupakan rute penyuntikkan obat langsung ke dalam pembuluh darah. Rute intravena dapat dikatakan sebagai rute pengiriman tercepat, karena langsung mengalir pada aliran darah sehingga menyebabkan efek obat bekerja secara cepat. Rute subkutan merupakan rute yang melibatkan penyuntikan antibodi pada bawah kulit lebih tepatnya ke dalam lapisan lemak, bukan ke otot. Rute intraperitoneal jarang digunakan secara klinis, tetapi selalu digunakan untuk diberikan pada hewan kecil seperti mencit dan tikus. Rute Intramuscular merupakan rute pemberian obat dengan teknik pemberian obat yang biasanya melalui jaringan otot melalui otot paha. Obat yang dapat digunakan dalam praktikum hewan uji adalah fenobarbital. Fenobarbital merupakan golongan sedatif hipnotik yang juga diindikasikan sebagai antikejang. Adapun beberapa efek sedative dari penggunaan obat fenobarbital, yaitu ditandai dengan hewan uji mengantuk, tertidur dan kehilangan righting reflex (kemampuan mengembalikan posisi badannya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar