Sabtu, 04 September 2021

FARMAKOLOGI OBAT

 

FARMAKOLOGI OBAT


Obat merupakan suatu zat yang berguna untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati serta mencegah penyakit pada makhluk hidup, baik itu manusia maupun hewan (Ansel, 1985). Sebelum tiba pada tempat tujuan, obat mengalami banyak proses. Proses yang biasanya terjadi saat obat masuk kedalam tubuh guna menimbulkan efek, yaitu proses absorpsi, distribusi, seta pengikatan. Kerja suatu obat merupakan hasil dari berbagai proses yang telah dilewati oleh obat dan secara umum, proses ini didasari oleh suatu rangkaian reaksi yang dibagi dalam tiga fase. Fase tersebut merupakan fase farmasetik, fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik.

1.      Fase Farmasetik

Fase farmasetik meliputi beberapa proses, yaitu proses fabrikasi, pengaturan dosis, formulasi, bentuk sediaan, pemecahan bentuk sediaan, dan terlarutnya obat aktif. Karena fase ini terdiri dari beberapa proses utama, oleh sebab itu fase ini utamanya ditentukan oleh sifat-sifat galenik obat.

2.      Fase Farmakokinetik

Fase farmakokinetik memiliki peran dalam menentukan ketersediaan obat dalam plasma (ketersediaan hayati) sehingga dapat menimbulkan suatu efek. Proses farmakokinetik ini melewati berbagai tempat pemberian obat, seperti melalui alat cerna atau diminum (peroral), otot-otot rangka (intramuskuler), kulit (topikal), paru-paru (inhalasi), molekul obat masuk ke dalam cairan intra vaskuler setelah melalui beberapa dinding (barrier) dan disebarkan ke seluruh tubuh serta mengalami beberapa proses (Nita dan Vitri, 2017). Proses ini dimulai dengan masuknya molekul obat masuk ke dalam cairan intravaskuler setelah melewati beberapa dinding (penghalang) lalu menyebar ke seluruh tubuh dan mengalami banyak proses. Biasanya, obat baru dikeluarkan dari tubuh setelah biotransformasi di hati. Terdapat beberapa tempat pengeluaran obat, yaitu melalui ginjal dan melalui kulit. Untuk ginjal, nantinya obat akan dikeluarkan bersamaan. Adapun 4
(empat) proses farmakokinetik, yaitu yang pertama proses absorpsi, yang kedua proses distribusi, yang ketiga proses metabolisme, dan yang terakhir proses ekskresi. Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif sebagai proses eliminasi obat (Gunawan, 2009).

a. Absorpsi

Absorpsi merupakan suatu proses terjadinya perpindahan obat dari tempat pemberian menuju ke peredaran darah yang selanjutnya mencapai target aksi obat. Sebelum terjadi proses absorpsi, harus dapat melewati dinding sel terlebih dahulu, baru kemudian dapat diedarkan ke seluruh aliran darah. Adapun faktor yang mempengaruhi absorpsi obat yaitu kecepatan absorpsi, apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sistemik hanya sedikit sel, maka absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi penyerapan obat yaitu, aliran darah ke tempat absorpsi, total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi, waktu kontak permukaan absorpsi. Kecepatan Absorpsi dapat diperlambat oleh nyeri dan stress, nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster, makanan tinggi lemak, makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan memperlambat waktu absorpsi obat, faktor bentuk obat, absorpsi dipengaruhi formulasi obat seperti tablet, kapsul, cairan, sustained release, dan lain-lain, dan kombinasi dengan obat lain, interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat absorpsi tergantung jenis obat. Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus banyak

b. Distribusi

Setelah obat diabsorpsi kedalam aliran darah, dilanjutkan dengan proses distribusi. Distribusi obat mengacu pada proses pengiriman obat berdasarkan peredaran sistemik ke dalam jaringan dan cairan tubuh. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terserapnya distribusi obat, yaitu seperti struktur kapiler, struktur obat, pengikatan protein, aliran darah, serta permeabilitas kapiler. Jantung, hati dan ginjal merupakan organ yang ada di dalam tubuh dengan aliran terbanyak. Sedangkan pada saat yang sama, distribusi ke organ lain seperti otot, kulit, dan lemak menjadi lebih lambat.

c. Metabolisme

Proses ketiga adalah proses metabolisme. Proses ini merupakan proses dimana tubuh manusia mengubah komposisi obat menjadi lebih larut dalam air sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh. Terdapat du acara metabolism obat, yaitu diubah menjadi metabolit inaktif dan metabolit aktif kemudian diekskresikan menjadi metabolit aktif yang memiliki efek farmakologis sendiri dan dapat dimetabolisme lebih lanjut. Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yaitu di retikulum endoplasma (mikrosom) dan cytosol. Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian dapat berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.

d. Ekskresi

Proses terakhir yaitu proses eksresi. Pada proses ini obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Ekskresi obat memiliki arti pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang dari tubuh melalui ginjal, paru-paru, keringat, ludah, payudara, kulitdan traktusintestinal. Ginjal merupakan organ terpenting dalam sekresi obat, hal tersebut dikarenakan di dalam ginjal terdapat tiga proses eliminasi, yaitu proses filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus, dan reabsorpsi pasif di sepanjang tubulus. Organ ke dua yang memiliki peran penting untuk ekskresi obat selain ginjal adalah empedu. Melalui empedu akan dilanjutkan ke dalam usus lalu akan dikeluarkan bersamaan dengan keluarnya feses.


3.      Fase Farmakodinamik

Fase farmakodinamik merupakan fase terjadinya interaksi obat-reseptor dalam target aksi obat. Fase ini memiliki peran dalam penentuan besar kecilnya efek obat dalam tubuh Farmakodinamik menitikberatkan pada pembahasan tentang kajian efek fisiologis obat, reaksi biokimia obat dalam tubuh terhadap berbagai organ maupun sel tubuh manusia dan juga mekanisme kerja obat dalam tubuh manusia.

Pemberian obat pada hewan uji dapat dilakukan melalui beberapa rute, yaitu oral, intravena, subkutan, intramuscular, serta intraperitoneal. Untuk mencapai efek dari suatu obat terdapat faktor yang sangat penting yaitu rute pemberian. Rute oral merupakan rute obat yang diberikan melalui mulut. Obat yang diberikan melalui jalur oral biasanya memiliki efek sistemik. Rute intravena merupakan rute penyuntikkan obat langsung ke dalam pembuluh darah. Rute intravena dapat dikatakan sebagai rute pengiriman tercepat, karena langsung mengalir pada aliran darah sehingga menyebabkan efek obat bekerja secara cepat. Rute subkutan merupakan rute yang melibatkan penyuntikan antibodi pada bawah kulit lebih tepatnya ke dalam lapisan lemak, bukan ke otot. Rute intraperitoneal jarang digunakan secara klinis, tetapi selalu digunakan untuk diberikan pada hewan kecil seperti mencit dan tikus. Rute Intramuscular merupakan rute pemberian obat dengan teknik pemberian obat yang biasanya melalui jaringan otot melalui otot paha. Obat yang dapat digunakan dalam praktikum hewan uji adalah fenobarbital. Fenobarbital merupakan golongan sedatif hipnotik yang juga diindikasikan sebagai antikejang. Adapun beberapa efek sedative dari penggunaan obat fenobarbital, yaitu ditandai dengan hewan uji mengantuk, tertidur dan kehilangan righting reflex (kemampuan mengembalikan posisi badannya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar